Strategi Ampuh
ini Menyelamatkan Keuangan Suatu Perusahaan
Jadi ceritanya
begini, ada suatu
perusahaan yang memiliki karyawan berjumlah 200 orang, perusahaan
ini sedang mengalami
kesulitan keuangan, salah satu komponen biaya terbesar operasional hariannya
adalah asuransi kesehatan karyawan. Perusahaan ini berencana merubah asuransi
kesehatan karyawannya
yang berupa managed care menjadi Indemnity.”
Bingung dengan perbedaan
kedua auransi tersebut? Nah, terlebih dahulu mari kita bahas tentang tipe-tipe asuransi.
Di dalam dunia kesehatan, dikenal beberapa tipe asuransi kesehatan. Apa itu
asuransi kesehatan? Berdasarkan KBBI (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) secara
garis besar, asuransi adalah suatu bentuk mekanisme untuk mengurangi beban
perorangan menjadi kelompok dalam hal pembiayaan kesehatan.
Terdapat
2 tipe asuransi yang dikenal, yaitu Managed
Care dan Indemnity. Menurut Allan V. Horwitz, seorang Profesor
Sosiologi sekaligus pakar dalam Health Care Policy, dan Aging Research dari
Yale University, beliau menjelaskan bahwa asuransi Managed Care adalah sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk
mengendalikan biaya pengobatan maupun perawatan kesehatan dengan mengontrol
jenis dan tingkat layanan yang diberikan[2]. Jadi, pada Managed
Care, pihak penyedia jasa asuransi akan memberikan layanan yang menyeluruh
sesuai kebutuhan medis.
Sedangkan, Allan V. Horwitz
juga mengungkapkan bahwa Asuransi Indemnity adalah asuransi yang menyediakan
layanan perawatan kesehatan dengan beberapa aturan ketat tertentu dengan bentuk
yang lebih agak mahal, perusahaan asuransi pada umumnya membayar sejumlah biaya
muka pada rumah sakit atau pihak pengobatan tertentu yang terdaftar di asuransinya[2].
Pihak penyedia
asuransi akan memberikan kebebasan kepada pengguna untuk mendapatkan layanan
kesehatan di provider manapun baik itu klinik, puskesmas, atau rumah sakit
tanpa mempertimbangkan kualitas layanan dari provider tersebut. Lalu bedanya
apa ? kan tujuannya sama-sama
memberikan asuransi kesehatan ? Nah, perbedaannya adalah sistem Managed Care memberikan layanan penuh
terhadap karyawannya, dan biaya untuk pengobatan atau perawatan ditanggung oleh
perusahaan tempat karyawan bekerja dengan batas tanggungan beberapa persen
sesuai yang ditetapkan oleh perusahaan. Sedangkan Indemnity,
bentuk pembiayaan pengobatan maupun perawatan yang diberikan oleh pihak penyedia
asuransi yang bekerja sama dengan perusahaan tempat karyawan bekerja, dan pada
umumnya dikenakan premi per bulannya, sehingga aturan ketat akan diberlakukan
pada seluruh karyawannya dengan aturan dari pihak asuransi yang bekerja sama
dengan perusahaan.
Misalnya,
setiap tahun perusahaan hanya dapat memberikan penggantian biaya rawat inap maksimal
90 hari. Selain itu, adanya plafon maksimal untuk penggantian biayanya. Dalam
penentuan sistem asuransi kesehatan, perusahaan akan terlebih dahulu
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari masing-masing sistem.
Dikarenakan sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi juga, seperti
yang diungkapkan oleh Jerald Greenberg,
seorang profesor Industrial/Organization Psychology, Ohio State university,
sekaligus pakar dalam Organizational Behavior (Perilaku dalam Organisasi). Di
dalam bukunya yang berjudul Managing
Behavior in Organization, beliau menjelaskan bahwa ruang lingkup Perilaku
dalam Organisasi berhadapan dengan perilaku manusia dalam organisasinya[1].
Jadi bisa dikatakan bahwa jika ingin memulai melakukan pendekatan terhadap
suatu organisasi, maka terlebih dahulu harus memahami perilaku anggotanya dalam
organisasi tersebut.
Hal tersebutlah yang menjadi tolok ukur dalam kasus perusahaan di awal
artikel di atas. Untuk dapat memberikan pemahaman ke semua karyawannya yang
berjumlah 200 orang, maka manajemen perusahaan harus mengerti perilaku yang
mungkin muncul pada seluruh karyawannya, sehingga dapat mengantisipasi adanya
konflik oleh karyawannya.
Nah,
untuk menyikapi permasalahan yang terdapat pada contoh kasus perusahaan
tersebut, Ivancevich
Matteson dalam bukunya yang berjudul Organizational Behavior and Management membedakan
jenis permasalahan keputusan menjadi 2. Yaitu :
1. Permasalahan Keputusan Terprogram.
Ketika
terjadi permasalahan dalam perusahaan, maka perusahaan akan mengambil keputusan
sesuai dengan prosedur yang telah dibuat sebelumnya. Keputusan-keputusan ini
diambil berdasarkan pengalaman yang sering ditemukan dan disusun ke dalam suatu
prosedur. Oleh karena itu dinamakan keputusan terprogram[3].
2. Permasalahan Keputusan tidak Terprogram.
Permasalahan Keputusan jenis ini digunakan ketika prosedur-prosedur yang
sudah dibuat dirasa masih kurang mampu untuk menangani masalah yang dihadapi.
Dalam mengambil keputusannya dibutuhkan keahlian dalam menganalisa dan problem solving yang cepat[3].
Jikalau kita lihat lagi dari jenis
permasalahan pada kasus mengenai 200 orang karyawan itu, berdasarkan
penggolongan jenis permasalahan yang diungkapkan oleh Ivancevich Matteson, maka kasus pengalihan asuransi karyawan
tersebut tergolong pada Permasalahan Keputusan yang tidak terprogram (Non
Programmed). Mengapa? Karena jenis permasalahan keuangan perusahaan ini hingga
akan mengubah asuransi karyawannya menjadi indemnity bukanlah jenis
permasalahan yang sudah sering dihadapai sebelumnya, sehingga tidak ada SOP
atau aturan perusahaan yang menetapkan tentang masalah tersebut.
Untuk itu, agar keputusan untuk
pemecahan masalah ini dapat disampaikan kepada seluruh karyawannya, maka kemampuan berkomunikasi juga dibutuhkan
agar pesan yang ingin disampaikan atasan dapat diterima dan berjalan sesuai
tujuan. Ivancevich Matteson juga menjelaskan
didalam bukunya:
“Communication
is the glue that holds organizations together. Communication assist
organizational members to accomplish both individual and organizational goals,
implement and respond to organizational change, coordinate organizational
activities, and engage in virtually all organizationally relevant behaviors. ….”
[3].
Atau terjemahan bebasnya yaitu
komunikasi adalah seperti lem yang mengikat suatu organisasi. Komunikasi
membimbing anggotanya untuk melaksanakan tugas individual dan organisasi itu
sendiri, mengimplementasikan, dan respon terhadap perubahan, mengkoodinasi
aktifitas dalam organisasi, dan mengikutsertakan secara nyata semua perilaku
organisasi yang relevan[3]. So.. bisa dikatakan kalau hubungan
antara komunikasi dan organisasi juga sangatlah penting, demi menunjang
tercapainya visi dan misi suatu organisasi. Beliaupun juga pernah mengutip kata
dibukunya:
“I know you
believe you understand what you think I said, but I am not sure you realize
that what you heard is not what I meant.” [3]
Agar tidak terjadinya miss communication, maka seorang atasan
harus tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan karyawan-karyawannya, sesuai
dengan yang dikatakan Jerald Greenberg,
manajer di semua departemen harus tahu hal-hal seperti bagaimana memotivasi
karyawan mereka, bagaimana caranya agar orang puas dengan pekerjaan mereka,
bagaimana berkomunikasi yang cukup, bagaimana membuat tim berfungsi secara
efektif, dan bagaimana merancang pekerjaan yang paling efektif[1].
Selain itu, Jerald Greenberg juga mendefinisikan
komunikasi sebagai proses di mana seseorang, kelompok, atau organisasi
(pengirim) mentransmisikan beberapa jenis informasi (pesan) kepada orang lain,
kelompok, atau organisasi (penerima)[1].
Sehingga pada dasarnya suatu
komunikasi yang baik akan memerlukan ketiga elemen tadi (pengirim, pesan dan
penerima). Dan dalam proses penyampaian informasi bahwa perusahaan tersebut
akan mengubah jenis asuransi karyawannya menjadi Indemnity, harus dimengerti
juga bahwa bukan hanya ketiga elemen komunikasi saja yang penting, namun arah komunikasi pun juga harus
terpenuhi, seperti yang diungkapkan oleh Ivancevich
Matteson bahwa organisasi harus menyediakan
komunikasi 4 arah, yaitu: downward, Upward, Horizontal, dan Diagonal [3].
Agar lebih mudah memahami, komunikasi Downward yaitu komunikasi yang
beerdasarkan struktur organisasi seperti seorang manajer pada bawahannya,
Upward adalah seorang bawahan pada atasannya seperti pada saat meeting/rapat.
Sedangkan untuk horizontal adalah pada sesama individual dengan jabatan yang
sama, dan Diagonal seperti seorang manajer pada bawahan dari manajer lainnya.
Jadi perusahaan tersebut harus melakukan rapat terlebih dahulu pada para
manajer tiap divisinya, untuk mengungkapkan langsung permasalahan keuangan yang
sedang dihadapi, dan bagaimana cara untuk memecahkannya.
Namun perlu diperhatikan, agar pesan,
maksud dan tujuan yang disampaikan oleh manajemen perusahaan bisa dijalankan
dengan baik oleh seluruh karyawannya. Maka dibutuhkan suatu strategi komunikasi
yang khusus untuk mempengaruhi karyawannya. Karena yang pastinya perusahaan
tidak akan mengungkapkan secara detail kepada karyawannya tentang kondisi
keuangannya bukan? Jadi ibaratkan ada udang di balik batu, menyampaikan pesan
yang tersirat dan tersurat, dengan maksud dan tujuan tertentu. Nah untuk inilah
Jerald Greenberg mengatakan ada
beberapa teknik yang sering dipakai untuk mempengaruhi target individual maupun
organisasi, diantaranya yaitu:
- Rational persuasion – menggunakan argumen yang logis dan fakta untuk membujuk satu atau lebih orang lain (orang-orang target) bahwa hasil yang diinginkan akan terjadi.
- Inspirational appeals – Membangkitkan semangat dengan menarik nilai-nilai dan cita-cita target seseorang.
- Collaboration – Entah bagaimana akan lebih mudah bagi orang yang diincar untuk menyetujui semua permintaannya.
- Consultation – Meminta orang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau merencanakan perubahan.
- Ingratiation – Mendapatkan target orang untuk melakukan apa yang anda inginkan dengan menempatkan dia dalam suasana hati yang baik (mood) atau dengan membuat dia menyukai anda.
- Exchange – Menjanjikan beberapa keuntungan / bonus setelah memenuhi permintaan.
- Personal Appeal – Membuat perasaan loyalitas atau persahabatan sebelum membuat permintaan.
- Coalition-building – Membujuk dengan mencari bantuan dari orang lain dalam koalisi, atau memberitahu mereka tentang dukungan yang Anda sudah menikmati dari orang lain.
- Pressuring – Mengharuskan patuh dan membuat tuntutan atau ancaman, atau mengintimidasi [1].
Yang biasa dipakai oleh seorang
atasan adalah teknik Inspirational
Appeals dan Pressuring, dan
inilah yang sering juga dihadapi oleh beberapa karyawan di dunia. Namun pada
kasus ini, teknik sesuai yang dipakai adalah Rational Persuasion. Mengapa? Karena dengan memberitahukan sisi
positif dari adanya perubahan asuransi Managed Care menjadi Indemnity, para
karyawan sudah pasti akan menerimanya. Contohnya, perusahaan akan menyampaikan
beberapa kelebihan jika mendaftarkan diri ke salah satu penyedia asuransi
Indemnity yaitu BPJS. Setiap karyawan akan mendapatkan kartu khusus yang jika
membutuhkan perawatan dan pengobatan hanya perlu datang langsung kerumah sakit
atau klinik terdekat, dan serahkan kartu tersebut tanpa membayar terlebih
dahulu biaya perawatan atau pengobatan, so simpel bukan? Jadi manajemen tidak
memberitahukan bahwa asuransi sebelumnya tidak diberlakukan, melainkan karyawan
hanya akan didaftarkan ke BPJS agar mendapatkan asuransi, dan karyawanpun hanya
berpikir “akhirnya saya mendapatkan asuransi juga”, well.. begitulah…
Referensi :
1. Jerald
Greenberg, Managing Behavior in organization. Prentice Hall: New Jersey, 2005.
2. Horwitz,
Allan V. and Teresa L. Scheid, eds. A
Handbook for the Study of Mental Health. New York:
Cambridge University Press, 1999.
3. Ivancevich
Matteson, Organizational Behavior and Management. McGraw-Hill Companies:
Singapore,1999
0 komentar:
Posting Komentar