Pages

Sabtu, 14 November 2015

Perencanaan Penulisan Karangan Ilmiah

1. Pemilihan Topik.
Topik adalah segala hal yang ingin dibahas atau pokok pembicaraan.

Hal yang harus diperhatikan:
1. Memiliki manfaat dan layak dibahas
2. Topik itu cukup menarik terutama bagi penulis
3. Topik itu dikenal baik
4. Bahan yang diperlukan dapat diperoleh dan cukup memadai
5. Topik itu dapat terlalu luas dan tidak terlalu sempit

2. Pembahasan Topik
Topik terlalu umum atau luas, yang tidak sesuai dengan kemampuan penulis untuk membicarakannya, dapat dibatasi ruang lingkupnya. Hal ini dilakukan agar penulis hanyut dalam suatu persoalan yang tidak habis-habisnya dan dapat menulis dengan suatu tujuan khusus

3. Pemilihan Judul.
Judul tidak sama dengan topik. Di dalam karya ilmiah, judul harus tepat menunjukkannya topiknya. Penentuan judul harus dipikirkan secara serius dengan mengingat beberapa syarat berikut:
1. harus bebentuk frasa;
2. tanpa ada singkatan atau akronim;
3. awal kata harus huruf kapital kecuali preposisi dan konjungsi;
4. tanpa tanda baca di akhir judul karangan;
5. menarik perhatian;
6. logis; dan sesuai isi

4. Menentukan Tujuan Penulisan.
Tujuan penulisan ada 2 cara yaitu:
Tesis: rumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan bila ada sebuah karangan tema yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat utama dalam sebuah paragraf.
Pernyataan dimaksud: mencakup struktur tulisan serta pemilihan bahan yang diperlukan.

5. Menentukan Kerangka Karangan.
Pengertian: suatu rencana kerja yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.
Manfaat:
- Menyusun karangan secara teratur.
- Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda-beda.
- Menghindari penggarapan topik sampai dua kali atau lebih.
- Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.

6. Langkah-langkah Penulisan Ilmiah.
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Tahap kedua dalam menulis karangan ilmiah adalah pengumpulan data. Data dapat diperoleh dari beberapa sumber yaitu, media dan lapangan. Data yang diperlukan dapat diperoleh dari media, antara lain buku, koran, majalah, internet, ataupun media yang lain. Selain itu, data juga dapat diperoleh langsung di dalam lapangan. Data yang berasal dari lapangan dapat diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara, atau eksperimen. Data yang dikumpulkan haruslah data yang relevan dengan karangan yang akan dibuat.

Tahap ketiga, dalam pengorganisasian atau pengonsepan, data yang telah kita peroleh dibagi berdasarkan jenis, sifat, atau bentuk. Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan penganalisisan data dengan menggunakan teknik yang diperlukan. Misalnya, data yang bersifat kuantitatif dapat diolah dan dianalisis dengan menggunakan teknik atau metode statistik. Setelah data diolah dan dianalisis, kemudian dapat dilakukan pengonsepan karangan ilmiah sesuai dengan kerangka yang telah dibuat.

Tahap keempat adalah pemeriksaan atau penyuntingan konsep. Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap konsep yang saling bertentangan maupun yang berulang-ulang. Dalam tahap ini, penjelas yang tidak diperlukan maka akan dibuang, sedangkan penjelas baru yang akan mendukung karangan akan ditambahkan untuk menunjang pembahasan.

Tahap terakhir dalam menyusun karangan ilmiah adalah penyajian. Dalam penyajian karangan ilmiah haruslah diperhatikan dari segi bahasa dan bentuk penyajian. Kalimat yang digunakan dalam menulis karangan ilmiah harus sesuai dengan standar Bahasa Indonesia yang baku. Sedangkan dalam bentuk penyajian, perlu diperhatikan urutan unsur-unsur karangan dan ketentuan yang berlaku.

Referensi:
https://prezi.com/ezz-1gk0-ino/perencanaan-karangan-ilmiah/
http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c85
Tahap persiapan adalah tahap awal yang perlu dilakukan dalam menulis karangan ilmiah. Tahap ini terdiri dari, memilih topik, menentukan judul, dan membuat kerangka karangan. Topik yang dipilih sebaiknya topik yang menarik dan diketahui oleh penulis. Selain itu, topik yang baik adalah topik yang mempunyai lingkup yang terbatas. Setelah menentukan topik langkah selanjutnya adalah menentukan judul. Penentuan judul dalam karangan ilmiah dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, di mana, kapan, bagaimana. Selain itu, dalam membuat sebuah karangan ilmiah judul haruslah berupa frasa bukan kalimat. Langkah terakhir dalam tahap persiapan adalah menentukan kerangka karangan. Kerangka ini nantinya akan membantu dalam proses penulisan karangan. Selain itu, kerangka inilah yang akan menjadi acuan dalam membuat karangan sehingga akan menjadi runtut dan teratur dalam memaparkan atau menganalisis masalah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/blankstate/tahap-tahap-penyusunan-karangan-ilmiah_54f41169745513a32b6c853b

Abstrak dan Daftar Pustaka

1. Aturan Membuat Abstrak Dalam PI/Skripsi.
Abstrak merupakan sebuah ringkasan isi dari sebuah karya tulis ilmiah yang ditujukan untuk membantu seorang pembaca agar dapat dengan mudah dan cepat untuk melihat tujuan dari penulisannya. Di dalam dunia akademik, tulisan pendek ini digunakan oleh institusi/lembaga/organisasi pendidikan sebagai informasi awal atas sebuah penelitian ketika dimasukkan dalam jurnal, konferensi, lokakarya, atau yang sejenisnya. Dalam dunia maya (internet), sebuah abstrak digunakan sebagai gambaran singkat atas sebuah karya tulis ilmiah/penelitian untuk dibaca, sebagaimana halnya sebuah “display” model pakaian dipajang untuk dilihat atau diuji pakai sebelum dibeli. Selanjutnya, bagian lengkap sebuah penelitian dijual kepada mereka yang berminat untuk mendapatkannya.
Struktur penulisan sebuah abstrak yang terjadi saat ini menggambarkan ketidakpastian konsep atau ketidakjelasan panduan yang dimiliki tentang susunan yang jelas dari sebuah abstrak. Alasan atau pandangan atas perbedaan yang terjadi di dunia akademik tidak dibahas dalam tulisan ini karena saat ini yang lebih penting meluruskan dan atau menyamakan pandangan tentang penulisan sebuah abstrak yang baik. Penulisan sebuah abstrak harusnya memperhatikan:

A. Struktur Paragraf.
Sebuah abstrak ditulis dalam satu paragraf yang menerangkan keseluruhan isi tulisan secara singkat dan jelas. Penulisannya tidak melakukan indensasi pada kalimat pertama paragraf. Single space adalah pilihan yang dimiliki oleh penulis untuk menyusun kalimat dalam paragrafnya. Lebih dalam, kadang seorang pembimbing Skripsi/Tesis/Disertasi mengatur hingga pada penggunaan jenis huruf dan ukuran tertentu.

B. Jumlah kata.
Idealnya sebuah paragraf terdiri dari 150 sampai dengan 200 kata. Namun, pertimbangan jumlah kata yang paling tepat dalam penulisan Skripsi, Tesis, ataupun disertasi biasanya bergantung pada pertimbangan pandangan pembimbing (supervisor) yang mendampingi seorang mahasiswa dalam penulisannya. Seorang supervisor harusnya tidak mempertimbangkan jumlah kata sebagai acuan utama penulisan paragraf, karena bagian utama justru isi (content) paragraf.

C. Isi paragraf.
Pada saat pembimbingan, seorang supervisor mengedepankan 4 bagian empiris dari sebuah abstrak. Pertama, indentifikasi fokus penelitian dijelaskan secara singkat agar pembaca memahami apa yang diamati oleh seorang peneliti di dalam penelitiannya. Kedua, penulis perlu menggambarkan secara jelas desain penelitian yang dilakukan dalam proses pencarian jawaban atau solusi atas persoalan yang diangkat di dalam penelitiannya. Desain langkah penyelesaian masalah ini oleh mahasiswa lazim dikenal dengan istilah Metode Penelitian. Ketiga, selanjutnya penulis akan menjelaskan hasil temuannya kepada pembaca. Beberapa peneliti menganggap hasil temuan yang diungkap tidak perlu mengungkap pembahasan yang dilakukan karena hal itu justru akan membuat pengulangan isi tulisan. Jelas maksudnya karena bagian pembahasan temuan penelitian juga diurai di dalam bagian kesimpulan. Keempat, perlunya bagian kesimpulan di dalam sebuah tulisan juga terlihat di dalam sebuah abstrak yang tetap mendapatkan perhatian penting sebagai bagian akhir dari paragraf. Pada bagian ini kadangkala sejumlah peneliti menyisipkan rekomendasi penelitian namun tanpa pembahasan atau uraian yang panjang. Lebih lanjut, tidaklah lazim sebuah abstrak diisi oleh nama si penulis serta para pembimbing tulisannya, apalagi hal itu ditulis dalam huruf cetak tebal.
Penulisan abstrak memang tidak bisa diselesaikan dalam satu kali penulisan. Sama halnya dengan penulisan esei (essay), penulisan abstrak juga memerlukan latihan agar bisa menciptakan hasil tulisan yang baik. Saat ini panduan penulisan menggunakan APA (American Psychology Association) style telah populer digunakan di perguruan tinggi. Meskipun panduan penulisan ini bukanlah satu-satunya panduan penulisan yang ada, APA style menjadi pilihan banyak para penulis dikarenakan pertimbangan panduan ini digunakan oleh banyak perguruan tinggi di dunia sehingga juga memundahkan penyesuaian dan penerimaannya.



2. Aturan Menyusun Daftar Pustaka Untuk PI/Skripsi.
Berikut ini adalah urutannya:
  1. Nama pengarang. Penulisan nama pengarang sama seperti aturan penulisan nama pada daftar pustaka biasa, yaitu nama depan ditulis di belakang.
  2. Judul. Judul tulisan diberi tanda kutip.
  3. Tanggal Akses
  4. Alamat situs atau blog. Alamatnya harus berupa URL (Uniform Resource Locator) alias:

Rngkaian karakter menurut suatu format standar tertentu, yang digunakan untuk menunjukkan alamat suatu sumber seperti dokumen dan gambar di Internet. Seperti ini: http://id.wikipedia.org/wiki/URL
Contoh Penulisan Daftar Pustaka Dari Internet:
Aini, Ratu. “Cara Beternak Itik Lampung”. 15 Januari 2001. http://ternakindo.com/2008/12/literasi-informasi-ternak-itik-nasional.html.


Mengenai masalah kedua, kekuatan referensi. Agar argumentasi kita kuat kita harus merujuk pada sumber yang asli dan terpercaya saja, bukan sumber yang asalan.


Mengambil referensi dari internet tidak boleh sembarangan. Hal ini karena tulisan di internet banyak sekali hasil kopi pas (copy-paste). Apalagi kalau kita ingin membuat sebuah karya intelektual, pertanggungjawaabannya cukup berat sehingga kita harus hati-hati dalam memilih referensi.

Ada baiknya kita merujuk pada situs atau blog besar yang menjadi rujukan banyak orang seperti wikipedia. Atau untuk referensi berita kita ambil dari situs koran ternama, republika dot com misalnya. Atau kalau kita ingin mengutip opini seorang tokoh, kita langsung bertandang ke situsnya (kalau ada).


Atau bila kita mau mengambil hasil survei politik, kita kutip dari situs LSI misalnya. Atau bila kita ingin mengambil pendapat sebuah organisasi, kita kutip langsung dari situs organisasinya.

Intinya, bila kita mengambil sebuah referensi, ambillah yang terpercaya, ambillah yang asli, tidak asalan yang hasil kopi pas. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kemurnian dan kekuatan argumen tulisan. Sehingga bila kita ditanya tentang keaslian dan kekuatannya, kita jadi tidak ragu karena memang kita memiliki sumber yang kuat, punya kualitas tulisan yang baik.



Referensi:
http://dosen.ung.ac.id/ivanrismipolontalo/home/2013/1/24/penulisan_abstrak_dalam_sebuah_karya_tulis_ilmiah.html 
http://caramenulisbuku.com/cara-menulis-daftar-pustaka-dari-internet/cara-menulis-daftar-pustaka-internet.htm

Kaidah Pengutipan Dalam Karya Tulis Ilmiah

1. PENDAHULUAN.
Karya tulis ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan isi berupa ilmu pengetahuan, yang dikemas dalam format, sistematika, dan konvensi naskah tertentu, serta disampaikan dengan menggunakan bahasa yang resmi. Kemampuan menulis karya tulis ilmiah seseorang tidak hanya ditunjukkan dengan kemampuan mengelola gagasan atau ide dalam sarana tertulis, namun ditunjukkan pula dengan kemampuannya dalam menguasai konvensi naskah. Salah satu hal yang berkaitan dengan konvensi naskah adalah pengutipan.

2. PENGUTIPAN.
Kata pengutipan berarti hal, cara, atau proses mengutip. Mengutip merupakan pekerjaan mengambil atau memungut kutipan. Menurut Azahari (dalam Alam, 2005:38) “kutipan merupakan bagian dari pernyataan, pendapat, buah pikiran, definisi, rumusan atau penelitian dari penulis lain, atau penulis sendiri yang telah (menurut penulis kata telah harus dihilangkan) terdokumentasi, serta dikutip untuk dibahas dan ditelaah berkaitan dengan materi penulisan”. Batasan di atas tidak hanya memaparkan hakikat kutipan, tetapi juga menjelaskan kepentingan mengutip, yakni untuk dibahas dan ditelaah. Hal ini mengandung pengertian bahwa pengutipan memiliki tujuan tertentu, bukan sekadar menambah jumlah paparan penelitian.

3. KAIDAH PENGUTIPAN DALAM KARYA TULIS ILMIAH.
Mengutip merupakan pekerjaan yang dapat menunjukkan kredibilitas penulis. Oleh karena itu, mengutip harus dilakukan secara teliti, cermat, dan bertanggung jawab. Hariwijaya dan Triton (2011: 151) mengatakan bahwa ketika mengutip perlu dipelajari bagaimana teknik pengutipan sesuai dengan standar ilmiah (penambahan kata dengan oleh penulis). Untuk itu, perlu diperhatikan hal berikut: (1) mengutip sehemat-hematnya, (2) mengutip jika dirasa sangat perlu semata-mata, dan (3) terlalu banyak mengutip mengganggu kelancaran bahasa.

Cara Mengutip.
Ada dua cara untuk mengutip, yaitu mengutip langsung dan mengutip tidak langsung.
Kutipan langsung merupakan salinan yang persis sama dengan sumbernya tanpa penambahan (Widjono, 2005: 63), sedangkan kutipan tidak langsung menyadur, mengambil ide dari suatu sumber dan menuliskannya sendiri dengan kalimat atau bahasa sendiri (Widjono, 2005: 64).

A. Kutipan Langsung.
Cara melakukan kutipan langsung adalah sebagai berikut:
  • Jika kutipan empat baris atau kurang (langsung endek),
  • Dikutip apa adanya,
  • Diintegrasikan ke dalam teks paparan penulis,
  • Jarak baris kutipan dua spasi (sesuai dengan jarak spasi paparan),
  • Dibubuhi tanda kutip (“….”),
  • Sertakan sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yakni nama penulis, tahun terbit, dan halaman sumber (PTH atau Author, Date, Page (ADP), misalnya (Penulis, 2012:100),
  • Jika berbahasa lain (asing atau daerah), kutipan ditulis dimiringkan (kursif),
  • Jika ada kesalahan tik pada kutipan, tambahkan kata sic dalam kurung (sic) di kanan kata yang salah tadi,
  • Jika ada bagian kalimat yang dihilangkan, ganti bagian itu dengan tanda titik sebanyak tiga biah jika yang dihilangakan itu ada di awal atau di tengah kutipan, dan empat titik jika di bagian akhir kalimat,
  • Jika ada penambahan komentar, tulis komentar tersebut di antara tandakurung, nislnya, (penggarisbawahan oleh penulis).

Contoh:
Ada beberapa pendapat mengenai hal itu. Suryaningrat (1983: 20—21 dan 30) mengatakan, “Menurut salah satu historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan kerajaan Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang berlangsung melalui penyerahan mahkota emas raja Kerajaan Sunda Pajajaran kepada Prabu Geusan Ulun. Penyerahan mahkota secara simbolis berarti bahwa Sumedanglarang menjadi penerus Kerajaan Sunda.”
Lebih dari Empat Baris (Langsung Panjang):
  • Dikutip apa adanya,
  • Dipisahkan dari teks paparan penulis dalam format paragraf di bawah paparan penulis,
  • Jarak baris kutipan satu spasi,
  • Sertakan sumber kutipan di awal atau di akhir kutipan, yakni nama penulis, tahun terbit, dan halaman sumber, misalnya (Penulis, 2012:100),
  • Jika berbahasa lain (asing atau daerah), kutipan ditulis dimiringkan.

B. Kutipan Tidak Langsung.
Cara melakukan kutipan tidak langsung adalah sebagai berikut:
  • Menggunakan redaksi dari penulis sendiri (parafrasa),
  • Mencantumkan sumber (nama penulis, tahun dan halaman).

Contoh:
Menurut salah satu historiografi tradisional, penyerahan kekuasaan kerajaan Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang berlangsung melalui penyerahan mahkota emas raja Kerajaan Sunda Pajajaran kepada Prabu Geusan Ulun. Penyerahan mahkota secarasibolisbereti bahwa Sumedanglarang menjadi penerus Kerajaan Sunda (Suryaningrat, 1983: 20—21 dan 30).

4. KESIMPULAN.
Pengetahuan cara mengutip yang benar perlu didapatkan oleh para penulis karya tulis ilmiah. Hal ini bukan saja terkait dengan pengelolaan informasi dari sumber yang diperlukan, melanikan juga terkait dengan persoalan keabsahan karya tulis itu sendiri karena karya tulis harus terhindar dari praktik plagiarisme. Jika sudah menetapkan suatu sistem kutipan, penulis harus konsisten dengan sistem tersebut. Berlatihlah untuk mengutip dengan cara yang benar.

Daftar Pustaka:
  • Akhadiah, Sabart dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
  • Alam, Agus Haris Purnama. 2005. Konsep Penulisan Laporan Ilmiah. (Format dan Gaya). Bandung: YIM Press.
  • Anggarani, Asih, dkk. 2006. Mengasah Keterampilan Menulis Ilmiah di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
  • Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.
  • Hariwijaya, M. 2006. Pedoman Teknis Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi. Yoyakarta: Citra Pustaka.
  • Hariwijaya, M. dan Triton P.B. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Jakarta: Oryza
  • Hs., Widjono. 2005. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
  • Kali jernih, Freddy K. 2010. Penulisan Akademik Esai, Makalah, Artikel Jurna Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi. Bandung: Widya Aksara Press.
  • Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Cet. XII. Ende: Nusa Indah.
  • Mulyono, Iyo. 2011. Dari Karya Tulis Ilmiah Sampai Dengan Soft Skills. Bandung: Yrama Widya.
  • Nasution, S. dan M.Thomas. Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi, Makalah. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Sudjiman, Panuti dan Dendy Sugono. 1991. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24 Pengajar Bahasa Indonesia.
  • Suyatno dan Aserp Jihad. 2011. Betapa Mudah Menulis Karya Ilmiah. Yogyakarta: Multi Solusindo.
  • Suyitno. 2011. Karya Tulis Ilmiah (KTI) Panduan, Teori, Perlatihan, dan Contoh. Bandung: Refika Aditama.
  • Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bogor: FakultasTeknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.